Komunikasi adalah seni sehingga membicarakan komunikasi ternyata membutuhkan kesenian tersendiri. Mungkin kita bisa saja berkomunikasi dengan cara kita sendiri. Akan tetapi suatu komunikasi persuasive akan memiliki kekuatan ketika kita tahu bagaimana dasar-dasar seni itu dapat dipelajari. Diantaranya adalah komunikasi memiliki pilar-pilar pendukung yang membuat komunikasi menjadi semakin efektif. Karena komunikasi efektif adalah bagaimana komunikasi bisa diterima pikiran dan bebas dari saringan Filter memory
Berikut Penulis paparkan Pilar pendukung komunikasi dalam Quantum Persuasive.
1. Outcome
Kita sama-sama mengetahui bahwa setiap permainan sepak bola pasti selalu memiliki Gawang. Gawang itu adalah outcome/tujuan dari permainan bola. Sehingga dengan adanya Gawang tersebut maka permainan sepak bola menjadi menyenangkan untuk ditonton.
Begitupula komunikasi. Diapun juga membutuhkan “gawang”/ tujuan yang bernama outcome. Sangat tidak mengasyikkan ketika anda melakukan komunikasi tanpa tujuan. Walaupun anda berkomunikasi dalam rangka membangun keakraban itupun juga sudah merupakan outcome.
Anda mungkin pernah merasakan ketika diajak berkomunikasi dengan seseorang yang tidak memiliki outcome. Mungkin komukasinya akan terasa monoton, hambar, kurang menyenangkan karena begitu menjemukan.
Ketika pertama kali anda mencoba berkomunikasi dengan calon mertua misalnya. Mungkin anda akan sangat kebingungan ketika tidak memiliki outcome untuk apa anda berkomunikas. Akan sangat berbeda tapinya ketika anda sudah tahu tujuan apa anda melakukan komunikasi.
Mungkin anda pertama kali mencoba berdiskusi dan mencari tahu tentang hobby mertua anda, dengna harapan anda bisa mencari simpatinya. Sampai akhirnya anda mampu men”jinak”kan hati calon mertua sehingga anda mendapatkan restu darinya.
Tujuan/outcome itu sangat penting. Karena outcome itulah seseorang akan memiliki keberanian untuk berkomunikasi. Kegelisahan, ketakutan, grogi dan sejenisnya biasa terjadi karena ketidakyakinan seseorang dengan outcome mereka berkomunikasi. Namun ketika outcome sudah terbentuk maka orang tersebut akan melakukan komunikasi walaupun itu mungkin terasa berat pada awalnya. Karena dengan sendirinya keyakinan pada outcome akan melunturkan kegrogian yang terjadi pada saat berkomunikasi.
2. PADUCI Strategy Technique
Sepertihalnya dalam permainan sepakbola. Komunikasi akan terlihat menarik jika memiliki strategi. Strategi komunikasi tidak saja membuat komunikasi menjadi menarik. Tetapi juga mengefektifkan dalam meraih tujuan komunikasi.
Pembahasan selengkapnya tentang PADUCI Strategy technique ini akan dibahas pada bab selanjutnya. Sebagai bocoran dalam strategi komunikasi diperlukan adanya komunikasi empati terlebih dahulu sebagai saranan menghubungkan Pikiran anda dengan lawan bicara sebelum memberikan sugesti atau persuasi. Karena anda tidak akan pernah bisa mensugesti orang yang belum ada keterhubungan dengan diri anda. Misalnya ada seorang wanita di pinggir jalan yang belum anda kenal langsung anda ajak menikah, maka sangat besar kemungkinan anda ditolak atau bahkan anda bisa dikatakan sebagai orang gila nantinya. Karena anda belum punya keterhubungan dengan dia sudah berani mengajak dia menikah.
3. Congruency
Sebagai pilar ketiga dalam QuantumPersuasion, Kongruensi menjadi hal yang cukup vital. Bayangkan ketika anda berkomunikasi ternyata ada ketidakkongruenan dalam komunikasi anda. Terutama kongruenitas antara Vocal, Verbal dan Visual anda. Padahal kita telah mengenal mitos 3V yang dianggap begitu efektif dalam komunikasi.
Mungkin anda masih ingat tentang konsep 3 V dalam berkomunikasi
- Verbal : memiliki kekuatan sekitar 7% dalam komunikasi. Bahwa kata-kata kita ternyata hanya memiliki komposisi yang sangat sedikit saja dalam berkomunikasi.
- Vocal : memiliki kekuatan sekitar 38%. Vocal memiliki komposisi yang lebih besar. Karena akan sangat tidak nyaman seseorang berbicara dengan nada datar dibandingkan dengan seseorang yang memiliki ritme/irama dalam komunikasinya.
Akan tetapi harap diperhatikan dalam kongruensi menggunakan vocal. Orang lain tidak akan percaya anda sedang tenang dan santai jika anda berteriak dalam berbicara. Karena itu tidak kongruen.
- Visual : memiliki kekuatan lebih dahsyat lagi yaitu 55%. Mengapa visual lebih besar lagi? Karena adanya bahasa tubuh/gesture yang mempengaruhi komunikasi. Visual dari seseorang ternyata memiliki power yang luar biasa.
Betapa powerfulnya visual dari tubuh kita. Hanya dengan kode tangan saja, anda mampu membuat orang lain diam tanpa harus berteriak mengatakan “Diaaaaaaaaaaaaaaaaaaam”.
Bahasa tubuh adalah faktor yang begitu besar pengaruhnya dalam komunikasi dari yang orang sadari selama ini. Jika anda masih meragukan hal ini, lihatlah ketika seseorang berbicara kepada anda. Atau lihatlah orang lain yang sedang bercakap-cakap. Tanpa sadar Bahasa tubuh menginformasikan bahwa bentuk wajah dan gerakan tangan memberikan lebih banyak informasi daripada kata-kata mereka.
Akan tetapi gerakan tangan, sebagai faktor penting dalam bahasa tubuh memiliki perbedaan yang mendasar antara ras. Jempol mungkin kita pandang sebagai simbol untuk hal yang bagus. Akan tetapi di beberapa negara yang lain belum tentu memiliki arti yang sama.
Karena kekuatan visual begitu besar maka kongruensi antara kata-kata yang anda ucapkan dengan Visual anda terutama Gesture/ Body Language menjadi sangat penting. Hal ini juga disebabkan seseorang lebih cepat menerima informasi dari visual daripada aspek auditory.
4. Flexibiliy
Agar komunikasi bisa menjadi lebih menarik lagi maka fleksibiliti begitu diperlukan. Fleksibiliti adalah kemampuan seseorang untuk bermain cantik dalam memilah dan memilih kata yang tepat dalam berkomunikasi.
Seperti halnya orang jawa lebih nyaman dipanggil dengan kata “mas-e” dalam mengatakan orang yang lebih dewasa daripada kata “abang” atau “uda.”
Dengan fleksibiliti seseorang bisa bermain cantik dalam berkomunikasi. Karena tidak semua kata-kata dianggap layak diucapkan oleh semua golongan orang. Sehingga dengan flesibiliti inilah kita bisa menghindari diri dari kata-kata yang mungkin dianggap tidak sopan oleh golongan tertentu.
Kita sama-sama mengetahui bahwa setiap permainan sepak bola pasti selalu memiliki Gawang. Gawang itu adalah outcome/tujuan dari permainan bola. Sehingga dengan adanya Gawang tersebut maka permainan sepak bola menjadi menyenangkan untuk ditonton.
Begitupula komunikasi. Diapun juga membutuhkan “gawang”/ tujuan yang bernama outcome. Sangat tidak mengasyikkan ketika anda melakukan komunikasi tanpa tujuan. Walaupun anda berkomunikasi dalam rangka membangun keakraban itupun juga sudah merupakan outcome.
Anda mungkin pernah merasakan ketika diajak berkomunikasi dengan seseorang yang tidak memiliki outcome. Mungkin komukasinya akan terasa monoton, hambar, kurang menyenangkan karena begitu menjemukan.
Ketika pertama kali anda mencoba berkomunikasi dengan calon mertua misalnya. Mungkin anda akan sangat kebingungan ketika tidak memiliki outcome untuk apa anda berkomunikas. Akan sangat berbeda tapinya ketika anda sudah tahu tujuan apa anda melakukan komunikasi.
Mungkin anda pertama kali mencoba berdiskusi dan mencari tahu tentang hobby mertua anda, dengna harapan anda bisa mencari simpatinya. Sampai akhirnya anda mampu men”jinak”kan hati calon mertua sehingga anda mendapatkan restu darinya.
Tujuan/outcome itu sangat penting. Karena outcome itulah seseorang akan memiliki keberanian untuk berkomunikasi. Kegelisahan, ketakutan, grogi dan sejenisnya biasa terjadi karena ketidakyakinan seseorang dengan outcome mereka berkomunikasi. Namun ketika outcome sudah terbentuk maka orang tersebut akan melakukan komunikasi walaupun itu mungkin terasa berat pada awalnya. Karena dengan sendirinya keyakinan pada outcome akan melunturkan kegrogian yang terjadi pada saat berkomunikasi.
2. PADUCI Strategy Technique
Sepertihalnya dalam permainan sepakbola. Komunikasi akan terlihat menarik jika memiliki strategi. Strategi komunikasi tidak saja membuat komunikasi menjadi menarik. Tetapi juga mengefektifkan dalam meraih tujuan komunikasi.
Pembahasan selengkapnya tentang PADUCI Strategy technique ini akan dibahas pada bab selanjutnya. Sebagai bocoran dalam strategi komunikasi diperlukan adanya komunikasi empati terlebih dahulu sebagai saranan menghubungkan Pikiran anda dengan lawan bicara sebelum memberikan sugesti atau persuasi. Karena anda tidak akan pernah bisa mensugesti orang yang belum ada keterhubungan dengan diri anda. Misalnya ada seorang wanita di pinggir jalan yang belum anda kenal langsung anda ajak menikah, maka sangat besar kemungkinan anda ditolak atau bahkan anda bisa dikatakan sebagai orang gila nantinya. Karena anda belum punya keterhubungan dengan dia sudah berani mengajak dia menikah.
3. Congruency
Sebagai pilar ketiga dalam QuantumPersuasion, Kongruensi menjadi hal yang cukup vital. Bayangkan ketika anda berkomunikasi ternyata ada ketidakkongruenan dalam komunikasi anda. Terutama kongruenitas antara Vocal, Verbal dan Visual anda. Padahal kita telah mengenal mitos 3V yang dianggap begitu efektif dalam komunikasi.
Mungkin anda masih ingat tentang konsep 3 V dalam berkomunikasi
- Verbal : memiliki kekuatan sekitar 7% dalam komunikasi. Bahwa kata-kata kita ternyata hanya memiliki komposisi yang sangat sedikit saja dalam berkomunikasi.
- Vocal : memiliki kekuatan sekitar 38%. Vocal memiliki komposisi yang lebih besar. Karena akan sangat tidak nyaman seseorang berbicara dengan nada datar dibandingkan dengan seseorang yang memiliki ritme/irama dalam komunikasinya.
Akan tetapi harap diperhatikan dalam kongruensi menggunakan vocal. Orang lain tidak akan percaya anda sedang tenang dan santai jika anda berteriak dalam berbicara. Karena itu tidak kongruen.
- Visual : memiliki kekuatan lebih dahsyat lagi yaitu 55%. Mengapa visual lebih besar lagi? Karena adanya bahasa tubuh/gesture yang mempengaruhi komunikasi. Visual dari seseorang ternyata memiliki power yang luar biasa.
Betapa powerfulnya visual dari tubuh kita. Hanya dengan kode tangan saja, anda mampu membuat orang lain diam tanpa harus berteriak mengatakan “Diaaaaaaaaaaaaaaaaaaam”.
Bahasa tubuh adalah faktor yang begitu besar pengaruhnya dalam komunikasi dari yang orang sadari selama ini. Jika anda masih meragukan hal ini, lihatlah ketika seseorang berbicara kepada anda. Atau lihatlah orang lain yang sedang bercakap-cakap. Tanpa sadar Bahasa tubuh menginformasikan bahwa bentuk wajah dan gerakan tangan memberikan lebih banyak informasi daripada kata-kata mereka.
Akan tetapi gerakan tangan, sebagai faktor penting dalam bahasa tubuh memiliki perbedaan yang mendasar antara ras. Jempol mungkin kita pandang sebagai simbol untuk hal yang bagus. Akan tetapi di beberapa negara yang lain belum tentu memiliki arti yang sama.
Karena kekuatan visual begitu besar maka kongruensi antara kata-kata yang anda ucapkan dengan Visual anda terutama Gesture/ Body Language menjadi sangat penting. Hal ini juga disebabkan seseorang lebih cepat menerima informasi dari visual daripada aspek auditory.
4. Flexibiliy
Agar komunikasi bisa menjadi lebih menarik lagi maka fleksibiliti begitu diperlukan. Fleksibiliti adalah kemampuan seseorang untuk bermain cantik dalam memilah dan memilih kata yang tepat dalam berkomunikasi.
Seperti halnya orang jawa lebih nyaman dipanggil dengan kata “mas-e” dalam mengatakan orang yang lebih dewasa daripada kata “abang” atau “uda.”
Dengan fleksibiliti seseorang bisa bermain cantik dalam berkomunikasi. Karena tidak semua kata-kata dianggap layak diucapkan oleh semua golongan orang. Sehingga dengan flesibiliti inilah kita bisa menghindari diri dari kata-kata yang mungkin dianggap tidak sopan oleh golongan tertentu.