BAB III: PADUCI


Mungkin anda bertanya-tanya. Apakah yang dimaksud dengan PADUCI Strategy Technique itu. Jika anda melihat bahwa dalam permainan sepakbola membutuhkan strategy agar mereka bisa menang, maka dalam komunikasi ketika anda ingin menanamkan sugesty, andapun juga membutuhkan strategy juga.
PADUCI adalah singkatan dari :
-    Perception
-    Attitude
-    Discover
-    Utilization
-    Change
-    Information Installment/Suggestion
Untuk mewujudkan Komunikasi yang efektif dibutuhkan strategi komunikasi, Quantum Persuasion, Penulis membagi Strategi Komunikasi menjadi 3 tahapan
1.    Tahapan pertama adalah Perception dan Attitude yang masuk pada tahapan Pra Komunikasi  .
2.    Tahapan kedua adalah Discover dan Utilization yang masuk pada tahapan Komunikasi Empati
3.    Serta tahapan ketiga adalah Change dan Instal Information masuk pada tahapan Komunikasi Sugesti
Tahapan demi tahapan yang dibangun dalam Quantum Persuasion diperlukan dengan maksud komunikasi dapat mengalir dengan nyaman. Dimana pada awal anda perlu menentukan terlebih dahulu untuk apa anda berbicara, sehingga dengan adanya tujuan anda akan mengerti apa yang harus anda bicarakan nantinya. 

Setelah anda telah mengetahui tujuan anda berbicara (baca: berkomunikasi), maka yang diperlukan kemudian adalah bagaimana membuat keterhubungan antara diri anda dengan lawan biacara anda. Karena anda tidak bisa menancapkan sugesti ketika belum ada keterkaitan hubungan emosi antara diri anda dengan lawan bicara anda. Barulah ketika anda telah memiliki keterhubungan emosi maka anda bisa memberikan sugesti positif agar lawan biacara anda mau mengikuti apa yang anda katakan.

Itulah sebabnya mengapa proses dan tahapan demi tahapan komunikasi diperlukan justru agar proseses pembicaraan bisa mengalir dengan baik sehingga outcome/tujuan dari komunikasi bisa tercapai nantinya.
3.1. Pra Komuikasi|
Pra Komunikasi adalah tahapan awal ketika seseorang hendak memulai untuk berkomunikasi dengan orang lain. Sebelum proses komunikasi dengan orang lain dimulai, dibutuhkan Persepsi (Perception)/ Cara Pandang yang tepat atas pemikiran orang lain. Sehingga dengan Persepsi yang tepat maka konflik komunikasi dapat dihindari
Perception biasa juga disebut dengan istilah Map of Mind. Map of Mind telah kita bahas pada bab sebelumnya. Dimana telah kita fahami bahwa Map/cara pandang seseorang bukanlah realita yang sesungguhnya. Karena manusia tidak bisa menangkap secara utuh dari suatu peristiwa. Mereka menyimpan informasi dari suatu peristiwa berdasar preferensi indera mereka yang kemudian disaring oleh Critical Area. Hal ini mengakibatkan cara pandang seseorang dengan orang yang lainnya dari suatu peristiwa tidaklah selalu sama.

Karena cara pandang manusia terhadap suatu peristiwa tidaklah selalu sama maka ketika ada perbedaan cara pandang maka yang sebaiknya dilakukan bukanlah memaksakan “cara pandang” kepada orang lain melainkan dengan memperkaya “cara pandang” baru kepada orang yang lainnya. Sehingga dengan adanya cara pandang baru maka seseorang bisa lebih dewasa dalam memandang suatu peristiwa.
Seperti pada kisah Anto, Karyawan yang marah kepada Boss nya lantaran tidak pernah mendapatkan giliran dinas luar misalnya. Anto sudah cukup lama bekerja di Perusahan X. Akan tetapi dia merasa panas ketika karyawan baru mendapatkan kesempatan dinas luar  sedangkan dia yang lebih senior belum pernah sekalipun kesempatan tersebut.
 
Anto pun mengadukan hal tersebut kepada Personalia Perusahaan, mengapa dia selalu kalah dari karyawan baru dan tak pernah ditugaskan keluar kota. Mendengar pertanyaan Anto, Sang Personalia yang bijak pun berkata ,”Pak Anto, kami sengaja menugaskan Pak Anto untuk tetap di Kantor Pusat, karena kami belum mendapatkan karyawan sehebat Pak Anto yang bisa menangani tugas utama di kantor pusat ini.”
 
Mendengar jawaban Sang Personalia, Anto pun terdiam malu. Ternyata dia baru saja mendapatkan “Cara Pandang” baru dari Personalia bahwa selama ini dia adalah karyawan yang paling hebat untuk diposisikan di kantor pusat. 
Kisah Anto mungkin hanyalah secuil kisah dari banyak kisah dimana kesalahfahaman akan komunikasi sering kali terjadi. Banyak Konflik Komunikasi terjadi hanyalah karena perbedaan Cara Pandang semata.


Bukanlah hal yang tabu bagi kita untuk menghormati cara pandang orang lain. Terlebih ketika kita mengetahui bahwa setiap orang memiliki perbedaan cara pandang maka sudah sepantasnya kitalah yang telah mengetahui ilmu ini untuk bersikap lebih menghormati cara pandang orang lain dan menghindari perdebatan yang berujung pada mempertahankan keegoisan cara pandang semata. 

Bahkan kepada orang yang Atheis atau tidak mempercayai Tuhan sekalipun kita tetap harus menghormati cara pandang mereka. Mereka yang memiliki Pandangan demikian hanyalah menjadi “korban” dari Proses Berfikir mereka yang salah. Bisa jadi Pandangan yang salah ini terjadi ketika mereka salah mencari “Hikmah” dari Peristiwa di masa silam. Ketika menghadapi kasus seperti ini bukan berarti juga kita hanya berdiam diri. Kita juga tetap harus memperkaya cara pandang mereka agar mereka mengerti bahwa apa yang mereka yakini itu adalah salah. Akan tetapi hal yang harus diperhatikan bahwa kita hanyalah sebagai pengingat semata dan bukan pemberi hidayah kepada mereka.

Memang bukanlah hal yang menyenangkan ketika kita berhadapan dengan kondisi dimana kita harus berdiskusi tentang hal-hal yang bersifat principal seperti keyakinan misalnya. Akan tetapi dengan kesabaran dan menghormati cara pandang orang lain maka kita pasti akan mendapatkan jalan untuk meluruskan. Atau ketika orang yang berdiskusi tetap “ngotot” dengan cara pandangnya maka meninggalkannya bisa jadi adalah pilihan yang terbaik daripada diskusi tersebut menjadi perdebatan yang tak ada ujungnya. Karena perdebatan yang tak berujung pangkalnya hanyalah menguras energi pikiran semata.

Proses menghormati cara pandang merupakan salah satu bagian yang penting dalam berkomunikasi. Karena dengan menerima cara pandang orang lain terlebih dahulu maka secara tidak langsung kita telah membuat "Jembatan Komunikasi" yang menghubungkan pikiran kita dengan orang lain. Karena secara naluri tidak pernah ada seorangpun yang nyaman ketika dipersalahkan oleh orang lain dan orang akan menjadi lebih nyaman dengan mereka yang berpikiran sama dengan mereka.

Dengan membuat jembatan pikiran inilah seseorang akan nyambung dalam berkomunikasi. Dan barulah ketika “jembatan pikiran” yang menghubungkan seseorang dengan orang lain itu terbentuk maka barulah suatu proses sugesti bisa dimasukkan.

Selain Persepsi yang dibutuhkan dalam membuat "Jembatan Komunikasi" antara kita dan orang lain adalah Attitude.

Attitude disini memiliki lebih dari sekedar sikap atau cara kita berbicara semata. Akan tetapi attitude lebih cenderung kepada niat tulus kita kepada orang lain dalam berkomunikasi.

Ketahuilah ketika kita memiliki niat yang tulus dalam berkomunikasi maka akan memberikan vibrasi yang positif dalam berkomunikasi. Demikian juga ketika kita memiliki niat yang kurang baik. Walau disembunyikan niat yang kurang baik juga berdampak pada rusaknya hubungan komunikasi nantinya. Oleh karena itu mulailah komunikasi dengan niat yang baik agar mendapatkan komunikasi yang baik pula.

3.2. Komunikasi Empati : Membangun Jembatan Pikiran Komunikasi
Komunikasi empati adalah langkah selanjutnya dalam komunikasi, dimana dengan langkah ini anda mampu mengajak seseorang mendapatkan perasaan kenyamanannya.

Komunikasi empati adalah suatu sarana membuat "Jembatan Komunikasi" antara kita dengan orang yang menjadi lawan bicara kita nantinya,

"Jembatan Komunikasi" bisa terjadi karena dua hal :

1. Jembatan itu sudah ada karena orang tersebut telahmembutuhkan keberadaan anda
2. Jembatan itu sengaja anda bangun sendiri dengan cara anda yang berusaha agar adanya connectiveness antara diri anda dengan lawan bicara anda. Sehingga dengan adanya connectiveness ini anda akan terasa nyaman ketika berbicara dengan mereka.

Untuk mempermudah para pembaca dapat menyimak ilustrasi berikut :
Amin adalah agen asuransi yang sedang berusaha menggolkan kepada PT.X. Sebelumnya Imsan yang merupakan agen asuransi dari perusahaan yang sama telah berusaha menggolkan asuransi ke PT.X juga. Akan tetapi selalu mengalami kebuntuan.

Menurut Imsan para direktur perusahaan tidak mau diajak bertemu selalu sibuk alasannya padahal dia sudah berusaha mencari celah tuk bertemu dan menunggu dalam tiga bulan hingga akhirnya Imsan pun menyerah.

Setelah mendapat informasi dari Imsan,maka Amin pun memutuskan untuk maju dan mencari siasat agar penawarannya kepada PT.X berhasil. Dan ternyata hanya cukup waktu 1 bulan, PT. X pun mempercayakan asuransinya kepada Amin.

Bukan sekedar asuransi kesehatan para karyawan saja, bahkan juga asuransi gedung milik PT.X yang 8 lantai tersebut.


Sahabat pembaca, peristiwa diatas Penulis ambil dari sebuah kisah nyata yang Penulis dapatkan ketika berdiskusi dengan beberapa agen asuransi.

Mari kita pikirkan,
Apa yang menyebabkan Imsan tidak berhasil sedangkan Amin mampu meraih kesuksesan?
Apakah karena Amin menggunakan guna-guna?
Apakah Amin punya ilmu ajian tertentu?
Masa hari gini masih percaya seperti itu?

Tentu tidak. Karena yang dimiliki dan digunakan oleh Amin hanyalah Strategi Komunikasi semata.

Amin dan Imsan sama-sama mencari cara untuk bertemu dengan Direktur PT.X. Melalui pertemuan langsung, dijalan , dalam pesta dan lain sebagainya. Akan tetapi cara Amin berbeda dengan cara Imsan dalam menawarkan asuransinya.

Ketika Imsan telah berkenalan dengan Sang Direktur, Imsan dengan bangganya mengatakan “saya adalah agen asuransi”, dan langsung menawarkan asuransi kepada Sang Direktur tanpa mengecek terlebih dahulu apakah Sang Direktur ini sudah nyaman atau memiliki keterhubungan emosional dengan Imsan atau belum.

Sangat berbeda dengan Amin yang memilih untuk berkenalan terlebih dahulu dan mengenal lebih dekat dengan sang Direktur melalui acara-acara non formal. Dia berusaha mencari tahu apa saja hobby dan kesukaan sang Direktur.

Dan ketika Amin mendapatkan informasi bahwa sang Direktur suka mengikuti seminar bisnis maka, Aminpun mencoba berkenalan lebih dekat dengan sang Direktur, dan berusaha menjadi kawan yang menyenangkan baginya. Amin sengaja tidak langsung menawarkan produk asuransinya terlebih dahulu. Dia memilih untuk berdiskusi dengan Direktur dan melakukan Discovery tentang perjalanan sang Direktur hingga membawa kepada kesuksesan PT.X.

Barulah ketika Amin sudah merasa sang Direktur sudah menjadi teman yang menyenangkan untuk berdiskusi barulah Amin me-Utilize cerita yang didapat tentang hebatnya PT.X. Dari diskusi tersebut barulah ditemukan bahwa ternyata sang Direktur pernah memiliki pengalaman kurang menyenangkan dengan agen asuransi yang sebelumnya. Sehingga dia merasa kurang nyaman ketika bertemu dengan Insurance Agent

Akan tetapi, Karena sang Direktur telah nyaman berkomunikasi dengan Amin,maka dengan mudahnya Amin dapat melakukan Change terhadap pemikiran Sang Direktur dan meluruskan terhadap pemikiran yang salah tentang Asuransi.  Bahkan dengan informasi yang telah dia dapatkan dari proses Discover Amin pun dengan halus bisa memberikan sebuah masukan kepada Sang Direktur, berupa Information Installment yaitu “dalam rangka menjaga kualitas SDM PT.X dari hal-hal yang tidak diinginkan diperlukan asuransi sebagai proteksi”.

Alhasil karena telah memahami akan kebutuhan asuransi tersebut, sang Direktur dapat dengan mudah terpengaruh dan menyetujui penawaran yang Amin sampaikan. Cara ini berhasil dengan baik. Sang Direkturpun percaya bahkan akhirnya ia pun menerima penawaran asuransi dengan senang hati.
****
Sahabat Pembaca, Kalau kita review kembali dari kisah diatas, maka kita bisa mendapatkan hikmah betapa yang membedakan sebenarnya antara kedua agent asuransi tersebut hanyalah pada cara/strategi mereka. Memang keduanya berusaha untuk mendapatkan kesuksesan. Mereka berdua berusaha untuk menggolkan produk asuransi. Akan tetapi strategy yang dilakukan Amin lebih cerdas dan efektif. Karena dia tidak langsung berusaha untuk menawarkan "produk" akan tetapi membawa client-nya kepada "kenyamanan” terlebih dahulu.

Dengan membawa orang lain kepada kondisi “kenyamanan” maka Amin tanpa sadar telah membuat "Jembatan Komunikasi" antara dirinya dengan sang Direktur.  Amin dengan lihainya mampu membawa pak Direktur kepada kondisi kenyamanannya dengan melakukan Komunikasi Empati. Komunikasi Empati adalah sarana membuat orang lain nyaman dengan mencari kesamaan/Pacing antara diri kita dengan orang yang lainnya.

Komunikasi Empati adalah bagian yang sangat penting dalam komunikasi persuasive. Karena dengan komunikasi empati inilah yang membangun "Jembatan Komunikasi" yang menghubungkan Pikiran kita dengan Pikiran orang lain. Sehingga ketika sudah terjadi keterhubungan pikiran maka kita akan komunikasi akan terasa nyaman karena sudah nyambung.

Kalau kita simak bersama dalam kisah diatas, proses Komunikasi Empati yang dilakukan oleh Amin begitu bagus. Yaitu dimana Amin berusaha untuk mengikuti / menyamakan kesukaan client-nya (sang Direktur) terlebih dahulu yaitu mengikuti seminar Bisnis.

Terlebih setelah berhasil bertemu, dan berkomunikasi, Amin-pun memperkuat proses pacing dengan menggali kesuksesan PT.X dimana ada proses empati kepada client atas keberhasilannya, kalau kata orang Manokwari bilang istilahnya diangkat-angkat. Melalui proses Pacing ini seseorang pada akhirnya dapat digiring menuju ke level kenyamanan yang mereka miliki

Seberapa penting proses Komunikasi Empati harus dilakukan?
Komunikasi Empati itu sangat penting ketika anda hendak menawarkan informasi atau memberikan sugesti. Karena anda tidak bisa memberikan sugesti kalau orang itu belum memiliki keterhubungan komunikasi baik emosi maupun empati dengan diri anda. Terlebih lagi ketika anda belum mengenal dekat lawan bicara anda. Yang terjadi malah anda akan dicuekin atau bahkan ditolak mentah-mentah.

Banyak kesalahan fatal yang dilakukan oleh Sales pemula, Agent Asuansi, atau agen MLM dimana mereka langsung menawarkan barang, menawarkan ide tanpa melakukan proses komunikasi empati yang kuat terlebih dahulu.  Ketika komunikasi empati yang belum kuat namun anda lakukan maka yang terjadi bukan saja penolakan terhadap sugesti anda saja yang bisa terjadi bahkan anda bisa juga di-blacklist dari daftar teman mereka. Tentunya hal ini akan memberikan dampak buruk yang luar biasa baik itu terhadap Produk yang anda tawarkan maupun Diri Anda sendiri.

Apakah proses Komunikasi Empati harus selama itu?
Iya jika anda belum pernah berkenalan atau belum ada sebuah keterhubungan emosi dengan mereka. Akan tetapi ketika sudah ada keterhubungan emosi maka yang anda perlukan cukuplah memperbesar kualitas dari "Jembatan Komunikasi" yang telah terbangun.

Contohnya ketika anda ingin mengajak seorang wanita yang anda sukai untuk pergi menonton film di bioskop. Ketika anda sudah pernah berkenalan dengan wanita tersebut anda cukup mencari apa yang menghubungkan antara kepentingan wanita tersebut dengan film yang ingin anda tonton. Ketika anda berhasil menghubungkan kepentingan sang wanita dengan film yang anda tonton, maka anda bisa mengajak wanita itu untuk pergi ke bioskop.

Contoh lainnya pada masa kampenye misalnya. Ketika anda ingin mempengaruhi orang agar anda memiliki karismatik di hadapan orang lain. Carilah kesamaan kepentingan yang membuat anda terhubung dengan audience partisipan anda.  Semakin anda memiliki banyak kesamaan semakin cepat proses keterhubungan itu akan terjadi.

Bahkan proses komunikasi empati bisa berjalan sangat cepat sekali, yaitu ketika anda yang dibutuhkan oleh orang lain, dan itu artinya orang lain yang malah memiliki keterhubungan dengan anda. Contohnya pada seorang dokter atau therapist. Dokter atau therapist dimana pasien yang datang kepada mereka sudah membangun keterhubungan emosi ("Jembatan Komunikasi") terlebih dahulu. Ketika sang dokter mampu meng-utilisasi kebutuhan clientnya maka sugesti itu bisa tertanam begitu kuat.

Begitu juga pada sales toko dimana para pelanggannyalah yang datang mencari barang. Biasanya ketika pelanggan yang datang ke suatu toko karena dia merasa butuh akan lebih cepat dipengaruhi dibandingkan pelanggan yang datang ke suatu toko karena ajakan sang sales.

Satu hal yang terpenting dalam melakukan komunikasi empati adalah “Gunakan bahasa mereka”. Artinya bahwa ketika anda berkomunikasi supaya nyambung maka anda harus terlebih dahulu mengikuti bahasa lawan bicara anda. Gunakanlah dialek, intonasi yang sama dengan mereka agar komunikasi anda lebih nyambung dan segera terhubung "Jembatan Komunikasi" antara anda dengan dirinya.

Bagaimana Proses Pacing sehingga dapat terbentuk Komunikasi Empati yang baik?
Menuju komunikasi empati sebenarnya  mudah, semudah anda berkomunikasi dalam keseharian. Anda mungkin masih ingat betapa banyak sahabat anda yang simpati dan nyaman ketika berkomunikasi dengan diri anda. Keakraban anda dengan para sahabat itu terjadi karena adanya kesamaan-kesamaan baik itu kesamaan emosi, kesamaan tujuan, kesamaan kepentingan  atau kesamaan lainnya antara anda dan mereka. Karena yang sama-sama itulah anda bisa nyambung dengan orang lain

Agar anda bisa tahu adanya kesamaan antara anda dan orang lain maka dalam berkomunikasi anda perlu melakukan proses Discovery  agar tahu apa saja yang bisa disamakan antara diri anda dan lawan bicara anda. Melalui proses discovery inilah anda juga akan mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan client kita.

Sehingga ketika anda telah mengetahui hal-hal tersebut anda bisa melakukan proses Utilization yaitu memanfaatkan informasi yang anda dapatkan dalam rangka mencari kesamaan atau melakukan proses menyamakan (pacing). Sehingga dengan proses menyamakan inilah diharapkan adanya komunikasi yang nyambung, dan terbentuk "Jembatan Komunikasi" antara diri anda dengan lawan bicara anda.

Apa saja yang bisa disamakan dalam komuikasi?

-    Kebiasaan/Habbit
-    Situasi
-    Fisiologis / Gesture tubuh
-    Kecenderungan Indera,
-    Atau hal lain yang bisa disamakan


Pacing Habbit
Kalau kita menyimak kembali kisah diatas, karena mengetahui sang Direktur suka ikut seminar,maka Amin untuk mengawali suatu pertemuan dia pun berusaha untuk mengikuti kebiasaan pak Direktur tersebut dengan ikut seminar juga. Dalam hal ini Amin dengan sengaja menyamakan kebiasaan terlebih dahulu dalam rangka mendapatkan kenyamanan di hati Calon Pelanggan.

Itulah mengapa rahasia pebisnis sukses senantiasa memanfaatkan masa-masa main golf menjadi sarana untuk mendapatkan peluang bisnis baru yang bermanfaat untuk kepentingan bersama tentunya. Karena kebiasaan atau hobby yang sama menjadi pacing yang luar biasa ketika dimanfaatkan dalam berbisnis.

Pacing Situasi/Kondisi

Pacing situasi sebenarnya sering kali telah kita lakukan dalam kehidupan sehari hari. Karena sebuah naluriah dimana manusia sangat senang ketika bertemu dan mendapatkan kesamaan.

Misalnya, orang Papua biasanya sangat senang sekali ketika di Jakarta bertemu dengan orang Papua pula. Atau ketika kita bertemu dengan orang Minang misalnya,mungkin mereka lebih senang untuk diajak berdiskusi tentang ranah minang tempat kelahirannya misalnya daripada berdiskusi tentang kota lain yang belum mereka datangi,
Selain tentang asal / kesukuan, kondisi lainnya bahkan seperti kondisi keluarga bisa juga dimanfaatkan dalam pacing situasi.Misalnya ketika client kita memiliki anak laki-laki, dan kita juga mempunyai anak laki-laki juga, kemudian mendiskusikan tentang bahagianya memiliki anak laki-laki itu pun juga termasuk didalamnya.

Pacing Fisiologis


Pacing fisiologis dapat diartikan menyamakan posisi kita seperti halnya client kita. Misalnya ketika kita bertemu client yang sedang menggunakan jas dan kemeja mungkin client akan semakin respect ketika kita juga menggunakan kemeja dan jas.

Selain itu pacing fisiologis juga berlaku dalam gesture tubuh. Ketika client kita berdiskusi sambil bersandar, dan kita juga ikut bersandar pula secara unconscious (pikiran bawah sadar) itu juga membuat client kita semakin nyaman. Sepanjang proses mengikutinya secara softly sehingga tidak terkesan ikut-ikutan.

Walau tidak  berdampak langsung, pada akhirnya ketika seseorang telah mencapai titik kenyamanan, tanpa harus disuruh biasanya akan terbentuk pola fisiologis yang sesuai.

3.3. Komunikasi Persusive
Setelah seseorang telah mencapai level kenyamanan (baca: nyambung)  dalam berkomunikasi maka itulah saat yang tepat bagi anda untuk menawarkan ide, gagasan atau sugesti kepada lawan bicara anda.

Akan tetapi terkadang dalam proses menanamkan ide/sugesti tidaklah semudah yang kita bayangkan. Karena bisa jadi perbedaan cara pandang malah membuat ide itu tertolak mentah-mentah.
Oleh karena itu ketika terjadi dalam proses Discovery anda harus mengetahui juga apakah ada cara pandang yang sekiranya menyulitkan diri anda dalam memberikan sugesti (Information Installment).

Ketika memang ada hal yang bertentangan maka anda memerlukan proses Change (mengubah) terlebih dahulu terhadap Persepsi lawan yang kurang menguntungkan itu.

Seperti pada kisah Amin diatas dimana ketika dia mengetahui bahwa Sang Direktur pernah punya pengalaman pahit tentang asuransi dimana silam maka Amin perlu melakukan Change terhadap paradigm yang salah tentang asuransi. Sehingga ketika cara pandang Sang Direktur sudah benar maka Amin pun bisa menawarkan asuransi dengan mudah nantinya.

Proses mengubah Cara Pandang seseorang bisa dilakukan dengan memperkaya Cara Pandang seseorang melalui informasi-informasi baru. Proses mengubah cara pandang bisa juga dilakukan dengan menggunakan Magic Word atau Hypnotic Language Pattern. Materi Magic Word akan dibahas pada bab selanjutnya dalam buku ini.
Setelah dirasa tidak terjadi perbedaan sudut pandang barulah proses Information Installment (Penanaman Sugesti) baru bisa dilakukan. Terlebih lagi ketika anda dan lawan bicara anda sudah sama-sama nyambung dan nyaman dalam berkomunikasi. Anda bahkan bisa memperkuat sugesti dengan cara berikut :

1. Berilah Sugesti dengan mengutilisasi informasi yang sudah didapat sebelumnya
2. Buatlah agar sugesti yang kita sampaikan seolah-olah juga ia rasakan
3. Berikanlah nuansa emosi ke dalam sugesti tersebut
4. Gunakan Pola Bahasa Hipnosis yang memperkuat Sugesti yang anda berikan

Akan tetapi ada yang perlu anda perhatikan dalam menyampaikan sugesti kepada orang lain. Yaitu anda harus tetap menjaga keharmonisan keterhubungan antara anda dengan lawan bicara. Jangan sampai dengan anda menyampaikan sugesti malah merusak "Jembatan Komunikasi" yang sudah anda bangun.

Dan sekiranya ternyata sugesti yang anda berikan malah terlanjur merusak keterhubungan yang terjadi maka anda perlu memperbaiki keterhubungan itu terlebih dahulu sebelum anda melanjutkan sugesti . Hal ini agar tidak berdampak sistemik yaitu orang tersebut malah membenci diri anda atau bahkan mem-blacklist diri anda dari daftar kawan.



Template by : kendhin x-template.blogspot.com
Modified by : Iwan Ketan |Smiletrainer.blogspot.com